14 Mei 2024 - 20:11
Mengapa Forum Ekonomi Dunia Ingin Intervensi Semua Negara?

Pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia, WEF, diselenggarakan di tengah sikap-sikapnya yang masih mengancam masyarakat dunia.

Kisah COVID-19, dan pandemik tahun 2020-2021 telah menyebabkan sebuah nama yang sebelumnya tidak terlalu dikenal masyarakat dunia, kemudian menghiasai halaman utama surat kabar dunia.

Forum Ekonomi Dunia, WEF, adalah sebuah organisasi non-pemerintah, yang tidak dipilih, dan tidak bertanggung jawab, sebelum COVID-19 lebih dikenal karena pertemuan tahuannya di Davos, Swiss.

Akan tetapi hari ini, di era pasca-COVID-19, menjadi terang bahwa terlepas dari masalah pandemik, karantina, vaksin, dan semisalnya, di balik layar banyak masalah dunia, dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang lebih dikenal dengan Dokumen 2030, hingga konvensi-konvensi internasional pandemi, yang merupakan kekhawatiran pemerintahan semua negara dunia, peran WEF menjadi lebih nampak.

Pertemuan tahunan WEF, di Davos, Swiss, bukan sekadar pertemuan mewah bagi para elit kaya, dan kekuatan dunia, serta pameran kekayaan dan ajang membanggakan diri. Pertemuan tahunan Davos, selalu dihadiri orang-orang yang terlihat sangat mampu mewujudkan ambisinya.

Penyakit X dan Konvensi Pandemi

Anggota WEF, di Davos 2024, membahas masalah penyakit X, sebuah penyakit asumsi yang dapat menjadi pandemi global yang baru. Direktur WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Eksekutif Philips Healthcare, Roy Jacobs, dan salah satu anggota dewan direksi AstraZeneca, Michel Demare, termasuk yang hadir dalam pertemuan tahunan WEF di Davos.

Dengan kata lain, para tamu pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia, WEF, di Davos, Swiss, adalah orang-orang yang telah mendapatkan keuntungan besar dari wabah Corona.

Para peserta petermuan tahunan Forum Ekonomi Dunia, WEF, di Davos, mengakui bahwa tema pertemuan menarik, dan berharap mendapat perhatian media-media sosial.

Tujuan pertemuan ini sangat sederhana, yaitu membuat peran korporasi, dan lembaga-lembaga farmasi, dan kesehatan, lebih besar dari peran pemerintah.

Di masa COVID-19, jutaan orang tiba-tiba berubah menjadi warga kelas dua, dan dikarenakan pelarangan penyuntikan salah satu jenis obat, mereka dilarang bepergian ke tempat-tempat umum.

Stella Kyriakides, Komisaris Eropa untuk Kesehatan dan Keamanan Makanan, dalam pertemuan tahunan Davos, dengan tema, "Mengokohkan Pengawasan Kesehatan Digital" memuji paspor-paspor vaksin sebagai contoh pekerjaan yang harus dilakukan di masa depan.

Sensor para Pemrotes

Tema-tema berulang WEF, telah menciptakan atmosfir yang membatasi para pemrotes. Di Davos 2024, Kepala Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan, perang melawan informasi-informasi tidak benar adalah perhatian terbesar WEF.

Harus dikatakan bahwa keputusan ini adalah keputusan yang baik, tapi siapakah sumber penentu sebuah informasi keliru atau benar? Sungguh disayangkan, dan sepertinya apa pun yang bertolak belakang dengan perintah mereka akan dianggap informasi keliru, dan harus diberantas.

Penurunan Kekuatan Produsen Lokal

Jika selama beberapa tahun terakhir Anda mengikuti berita dunia, kemungkinan Anda akan sadar bahwa perang total melawan para petani khususnya di Eropa, sudah dilancarkan. Sungguh disayangkan WEF, memanfaatkan slogan lingkungan hidup untuk membatasi aktivitas memancing, bertani, dan beternak lokal serta merakyat.

Hal tersebut dilakukan dengan cara merampas sejumlah banyak tanah petani oleh perusahaan-perusahaan besar dunia seperti perusahaan-perusahaan Bill Gates.

Berdasarkan sebuah analisa, tujuan dari upaya ini adalah menciptakan ketergantungan nutrisi makanan manusia kepada serangga, dan produk-produk makanan olahan, serta bahan-bahan seperti daging yang 100 persen diolah dilaboratorium, atau daging yang dicetak dengan alat cetak tiga dimensi, dan semisalnya.

Beberapa waktu lalu seseorang berseloroh, "Steak, dan hamburger nyata rencananya hanya akan bisa dikonsumsi oleh kaum elite, dan rakyat jelata harus memakan makanan-makanan palsu, fiktif, dan serangga."

Pada akhirnya tahun ini WEF mengumumkan tujuan-tujuan jangka panjangnya. Mereka ingin mengokohkan sikapnya dengan kata-kata semacam kebebasan, demokrasi, kemakmuran, dan menjaga lingkungan hidup, tapi kebijakan-kebijakan mereka sepenuhnya bertolak belakang. (HS)